Setiap orang pasti menghadapi persoalan hidup. Sudah menjadi kebiasaan kalau orang menghadapi persoalan hidup, baru datang pada Tuhan. Alasannya, Tuhan sanggup membebaskan persoalan hidup. Setiap hari sudah sepatutnya setiap orang berdoa meminta pertolongan Tuhan, tidak perlu menunggu ada persoalan hidup dulu.
Dalam kaitan ini Daud dikejar-kejar oleh kejahatan Absalom yang ingin menduduki Yerusalem. Ia menyingkir ke padang gurun untuk menghindari kejahatan Absalom. Sekalipun Daud harus berjalan mendaki perbukitan dan menyeberangi sungai, namun sebagai raja, Daud berdoa pada Tuhan: "Kiranya Tuhan menggagalkan persekongkolan jahat Absalom dan Ahitofel." Tuhan tidak berdiam diri, dibawanyalah Husai bersama-sama dengan Daud. Sekalipun Daud dengan Husai harus menghadapi persoalan hidup yang diakibatkan oleh kejahatan Absalom dengan Ahitofel.
Bila kita menghadapi persoalan hidup, bawalah dalam doa kepada Tuhan. Dengan harapan agar Tuhan membebaskan persoalan hidup kita. Sebagaimana Daud dalam doanya meminta pertolongan Tuhan, yakni membebaskan Daud dari tangan Absalom dan Ahitofel. Apalagi bila Absalom dan Ahitofel akan masuk ke Yerusalem. Oleh sebab itu ketika berhadapan dengan persoalan hidup, sebagai umat Tuhan kita perlu menciptakan kebaikan dalam hidup bersama. Sesungguhnya bukan kejahatan, melainkan kebaikanlah yang harus ditumbuh-kembangkan dalam hidup bersama. Supaya kebaikan menjadi dasar bagi setiap upaya rancang bangun kehidupan bergereja, memasuki masa depan yang lebih baik. Demikianlah, kita sebagai umat-Nya hendaknya menaikkan doa minta pertolongan kepada Tuhan, agar Dia membebaskan segala persoalan hidup ini.
Ibadah merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan orang Israel. Mereka dipanggil untuk mewujudkannya dalam ketaatan dan penuh hormat kepada Allah. Akan tetapi apakah dalam kenyataan hidup, mereka telah menunjukkannya? Stefanus mengatakan bahwa orang Israel telah menyimpang dari ibadah yang benar kepada Allah. DI Samaria justru perkembangan agama menjadi lain. Unsur-unsur agama Yahudi telah bercampur dengan agama kafir. Walaupun demikian ada juga orang yang menantikan Mesias sebagaimana yang dijanjikan bagi mereka.
Simon si tukang sihir menggunakan kesempatan ini untuk menyatakan dirinya sebagai pembebas. Hal itu diperkuat dengan tanda-tanda yang dilakukannya. Apalgi dengan apa yang dibuatnya itu banyak orang bisa menerimanya bahkan menganggapnya memiliki kuasa Allah. Akan tetapi suatu perubahan besar terjadi dengan kehadiran Filipus yang membawa Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang Yesus Kristus, Sang pembebas sejati. Bahwa Kerajaan Allah mencerminkan pemerintahan Allah sebagai pencipta langit dan bumi. Bahwa Yesus Kristus datang sebagai pembebas yang membebaskan manusia dari pembrontakan terhadap kerajaan Allah.
Jalan menuju kepada pertobatan terletak pada pengakuan orang untuk menerima Yesus Kristus. Oleh kasih karunia Allah, pemberitaan Filipus itu telah memikat banyak orang termasuk Simon si Tukang sihir itu.
Pergumulan hidup yang dihadapi terkadang membuat kita mendua hati. Akhirnya kita berada pada jalan yang salah.
Ingatlah Kristus berkuasa menglahkan kuasa dunia ini. Renungkan kembali kemurnian ibadah saudara apakah saudara taat ataukah menyimpang dari kehendakNya?
Salam sejahtera di dalam Tuhan kita "Yesus Kristus"
“Ikutlah menderita sebagai seorang prajurit yang baik dari Kristus Yesus.” (2 Timotius 2:3)
Menjadi pengikut Kristus merupakan suatu panggilan yang begitu indah, karena kita tidak hanya menjadi jemaatNya yang hadir setiap ibadah hari Minggu saja, tetapi kita juga dipersiapkan untuk menjadi prajurit Yesus yang tangguh untuk menghadapi berbagai macam peperangan rohani dalam kehidupan kita.
Dalam Efesus 6:12 jelas sekali dikatakan bahwa hidup kita tidak hanya hidup secara jasmani saja (darah dan daging) tetapi hidup secara rohani dimana ada roh-roh jahat yang harus dilawan dan dipatahkan pekerjaannya yaitu dengan kuasa darah Yesus. Iblis selalu menjalankan siasat jahatnya melalui berbagai macam masalah dan cobaan bahkan melalui kenikmatan dunia untuk dapat menjatuhkan umat Tuhan. Tanpa ada perlawanan dari umat Tuhan, maka umatNya akan terseret jatuh dalam dosa.
Oleh karena itu kita harus menjadi prajurit Yesus yang tangguh agar dapat memenangkan pertempuran rohani ini. Tentunya ada harga yang harus dibayar untuk menjadi prajurit yang tangguh. Harus ada usaha yang kuat dan tindakan yang harus kita jalankan agar dapat menjadi prajurit yang baik.
Berikut 3 rahasia untuk menjadi prajurit Yesus yang tangguh:
1. Fokus Kepada Tuhan
“Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Tim 2:4)
Prajurit yang berjuang memfokuskan dirinya kepada peperangan yang sedang dihadapinya. Dia tidak boleh kehilangan fokus pada saat peperangan, karena begitu kehilangan fokus sesaat saja, maka dia bisa kehilangan nyawanya dan merugikan seluruh pasukan. Apa yang diperintahkan oleh komandannya akan dijalankannya dengan sepenuh hati tanpa pertanyaan ataupun keraguan sedikitpun. Prajurit akan fokus kepada perintah dan misi yang sedang dijalankan hingga misi itu dapat berhasil.
Demikian juga dengan kehidupan rohani kita, kita harus bisa memfokuskan diri kita kepada Tuhan dengan menyingkirkan segala keraguan, ketakutan, kekuatiran dan segala pertanyaan yang muncul dalam diri kita. Tuhan kita adalah komandan yang tahu persis tujuan dari perintah yang diberikan kepada kita. Dia tidak akan menjerumuskan kita dengan perintah-perintah yang diberikan-Nya bagi kita.
Ketika kita fokus untuk melakukan segala perintah-Nya dan percaya kepadaNya dengan segenap hati kita, maka kita akan dapat menyelesaikan ‘misi’ yang Tuhan sedang berikan bagi kita. Kita dapat menyelesaikan segala masalah yang kita hadapi.
Ketika kita mulai kuatir dengan kebenaran dari Firman-Nya dan segala janji Tuhan bagi kita, maka musuh (si iblis) akan dapat dengan mudah mengalahkan kita dengan berbagai masalah yang menekan kita, sehingga kita tidak bisa mendapat jalan keluar dari masalah yang kita hadapi.
Hiduplah dalam kebenaran dan berkenan kepada Tuhan, maka kita akan menjadi prajurit yang baik di hadapan-Nya.
“Sebab mataku tertuju pada kasih setia-Mu, dan aku hidup dalam kebenaran-Mu.” (Maz 26:3)
2. Disiplin
“Seorang olahragawan hanya dapat memperoleh mahkota sebagai juara, apabila ia bertanding menurut peraturan-peraturan olahraga.” (2 Tim 2:5)
Olahragawan tidak akan memperoleh mahkota sebagai juara jika dia tidak berlatih dengan sungguh-sungguh. Jika dia bermalas-malasan dalam berlatih, hari ini berlatih, besok tidak berlatih, kemudian hari berikutnya berlatih dan hari berikutnya lagi tidak berlatih, maka dia tidak akan menjadi juara. Tingkat kompetisi dalam suatu perlombaan atau pertandingan atau kejuaraan sangatlah tinggi. Semakin bergengsi suatu event pertandingan, maka semakin tinggi pula tingkat kompetisi yang ada. Dan tentunya intensitas latihan yang harus dilakukan juga harus lebih tinggi lagi. Untuk itu diperlukan yang disebut dengan kedisiplinan.
Kedisiplinan dalam berlatih akan memacu keterampilan dan kekuatan sang olahragawan sehingga dapat bersaing dengan ketat pada saat pertandingan. Kedisiplinan dalam berlatih juga akan meningkatkan stamina dalam bertanding.
Hal ini serupa dalam kerohanian. Kedisiplinan secara rohani juga sangat mutlak diperlukan agar kita sanggup melawan si ‘musuh’ yaitu iblis.
Ketika kita bermalas-malasan dalam membaca Firman Tuhan, doa pribadi, mengikuti ibadah atau persekutuan dan lainnya, maka kekuatan tubuh rohani kita akan melemah. Kita dapat dengan mudah dikalahkan oleh tipu daya si iblis.
Tetapi ketika kita melatih tubuh rohani kita dengan rutin dan disiplin setiap hari-nya, maka tubuh rohani kita akan semakin kuat, semakin tangguh, semakin besar dan semakin tangkas dalam menghadapi ‘lawan’ kita yaitu iblis dengan siasatnya.
Disiplin dalam beribadah akan memacu kehidupan rohani kita sehingga kita dapat menjadi prajurit Yesus yang tangguh dan kuat.
“Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat.” (Ibr 10:25)
3. Ketekunan
“Seorang petani yang bekerja keras haruslah yang pertama menikmati hasil usahanya.” (2 Tim 2:6)
Petani selalu menjalani pekerjaannya tanpa jemu-jemu. Mulai dari menyiapkan lahan untuk bertani, kemudian membajaknya, menanami dengan bibit tanaman, mengairi lahan pertaniannya, memberi pupuk, merawat, mengusir hama yang menggangu, hingga pada akhir musim dia akan menuai hasilnya. Sebelum hasil panen dijual, sang petani akan menikmati terlebih dahulu hasil yang dia dapat. Dia layak menikmati hasil kerja kerasnya selama satu musim tersebut.
Pekerjaan yang dia lakukan ini tidak membuat dia bosan, karena dari pekerjaan inilah dia mendapatkan penghidupan bagi dirinya dan keluarganya. Dia senantiasa tekun menjalankan pekerjaannya walau ditempa dengan panas terik tiap harinya, atau bahkan hujan yang tak menentu, mungkin juga gangguan hama yang dapat merusak tanaman dan lain sebagainya. Sang petani yakin bahwa apa yang yang dikerjakannya akan membuahkan hasil pada akhirnya.
Hubungan kita dengan Tuhan yang kita bangun setiap harinya, Firman Tuhan yang kita baca tiap hari dan kita praktekkan, doa yang kita naikkan tiap hari, ibadah yang senantiasa kita ikuti baik pada hari Minggu maupun tengah minggu, semuanya itu adalah sama dengan lahan pertanian yang sedang kita olah dan kita tanami dengan tanaman, yang kemudian kita pelihara hingga akhirnya kita panen hasil buahnya.
Mungkin ada waktunya pembacaan Firman Tuhan menjadi sangat membosankan atau bahkan doa-doa yang kita panjatkan terasa tidak terdengar oleh Tuhan. Mungkin juga kita merasa sia-sia datang ke ibadah atau persekutuan.
Tetapi ketika kita tetap tekun melakukan semuanya itu, tanpa menghiraukan kejenuhan dan kelelahan yang kita rasakan, maka pada akhirnya kita akan menuai hasilnya.
Dengan tekun membina hubungan dengan Tuhan, maka kita sedang membangun kehidupan rohani yang kuat dan bertumbuh terus hingga pada akhirnya hidup kita akan menghasilkan buah pada waktunya. Hidup kita pasti akan menjadi berkat bagi orang lain. Kita akan terbentuk menjadi prajurit Tuhan yang kuat dan handal, yang siap menolong dan membantu setiap orang yang kesusahan atau sedang dalam masalah.
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.” (1 Kor 15:58)
Menjadi prajurit Yesus yang tangguh merupakan suatu hal yang luar biasa. Kita akan sanggup mematahkan segala tipu daya si iblis, memenangkan setiap masalah yang kita hadapi dan bahkan menjadi berkat bagi banyak orang.
Dengan memfokuskan kehidupan kita kepada Tuhan, mendisiplinkan diri di hadapan-Nya dan tekun membina hubungan denganNya, maka kita dapat menjadi prajurit yang tangguh bagi kemuliaan nama Yesus. Haleluya!
“Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yer 20:11)
“Tempalah mata bajakmu menjadi pedang dan pisau-pisau pemangkasmu menjadi tombak; baiklah orang yang tidak berdaya berkata: “Aku ini pahlawan!” ” (Yoel 3:10)
Perjumpaan dan pertemuan Andreas dengan Yesus dalam sekejap mengubah pengenalan dan pemahaman Andreas. Awalnya Andreas menyebut dan mamahami Yesus sebagai rabi (guru), tetapi kemudian berubah menjadi Mesias (Kristus). Itulah yang nyata dalam bacaan kita. Bahwa ketika Andreas bertemu dengan Simon, saudaranya, Ia tidak malu menceritakan perjumpaannya dengan Yesus, dan bahkan mengakui-Nya sebagai Mesias. Tidak sampai di situ, Andreas juga langsung membawa Simon untuk berjumpa dengan Yesus dan mengenal-Nya lebih dekat.
Perjumpaan Simon dengan Yesus, ternyata juga membawa perubahan pada diri dan pribadinya. Sebab ketika Yesus memandang Simon, Ia melihat suatu karakter yang kuat dan tegar pada pribadinya. Yesus membutuhkan pribadi dan karakter seperti Simon dalam pelayanan-Nya. Oleh karena itu, Yesus langsung memberikan gelar lain kepada Simon, yaitu Kefas (yang artinya, Petrus). Pemberian nama baru atau gelar kepada Simon mau menjelaskan penetapan Simon oleh Yesus sebagai murid dan pengikut-Nya.
Kita mungkin tidak bertemu dengan Yesus secara langsung seperti yang dialami oleh Andreas dan Simon. Tetapi tidak berarti kita belum bertemu dan berjumpa dengan Yesus. Sebenarnya ada banyak pengalaman iman di sepanjang perjalanan hidup pribadi, keluarga dan pekerjaan, dimana kita telah berjumpa dengan Yesus. Ibadah dan tindakan sakramen yang kita terima, yang di dalamnya nama kita disebut, sesungguhnya adalah sarana untuk kita berjumpa dangan Yesus. Masalahnya, perjumpaan dan pertemuan itu tidak membawa perubahan dalam diri, kepribadian dan hidup kita. Sudah sampai tua menjadi Kristen, bahkan gonta-ganti sebagai pelayan di jemaat, tetapi tetap saja kita tidak berubah. Mengapa ? karena kita hanya mau berjumpa dan bertemu Yesus, tetapi tidak mau diubah oleh-Nya. Kita lebih suka diubah oleh manusia, dan bukan oleh Yesus.
Salam sejahtera di dalam Tuhan kita "Yesus Kristus"
Perjumpaan dan perkenalan Filipus dengan Yesus, membawa perubahan dalam dirinya. Kuasa Yesus yang telah menarik Filipus untuk mengikuti Dia, ternyata telah menguasai dan mendorong Filipus untuk menceritakan dan memperkenalkan Yesus kepada yang lain. Itulah yang kita baca. Bahwa ketika bertemu dengan Nathanael, Filipus langsung menceritakan Yesus.
Yang menarik dari kesaksian Filipus adalah ia menyaksikan tentang Yesus berdasarkan pemahamannya tentang Kitab Suci, yaitu bahwa Yesus dari Nazareth adalah penggenapan dari seluruh pengajaran Musa dan pemberitaan para nabi. Hal ini harus kita mengerti karena Nathanael adalah seorang pemuda Yahudi lainnya bahwa tidak ada sesuatu yang baik, yang akan muncul dari Nazareth. Itulah yang tampak dalam respons Nathanel terhadap kesaksian Filipus.
Kita sering menjumpai banyak orang seperti Nathanael yang hidup menurut pemahaman lama yang telah berakar kuat di pikiran dan hatinya. Mereka tetap begitu karena belum berjumpa dengan Tuhan Yesus. Sebenarnya mereka ingin sekali berjumpa dengan Tuhan Yesus dan mau berubah; tetapi tidak ada yang menjelaskan tentang Yesus kepada mereka, kesaksian yang disampaikan terasa kering dan tanpa makna; tidak disertai kuasa dan pengalaman perjumpaan, sehingga tidak meyakinkan.
Mari kita menjadi seperti Filipus. Kita berusaha menyaksikan tentang yesus kepada orang lain, bukan hanya berdasarkan pengetahuan kita, tetapi terpenting berdasarkan pengalaman perjumpaan kita dengan Yesus; bukan dengan kekuatan kita, tetapi terlebih dengan kuasa yang Tuhan berikan kepada kita, tetapi terlebih dengan kuasa yang Tuhan berikan kepada kita. Penting juga untuk kita melihat latar belakang orang yang kepadanya akan kita saksikan tentang Yesus, agar kesaksian kita tidak kering, tetapi penuh makna dan dapat dimengerti.
Salam sejahtera di dalam Tuhan kita "Yesus Kristus"
Mujizat adalah sesuatu yang terjadi dalam kehidupan manusia tanpa diduga dan direncanakan sebelumnya. Mujizat dilakukan oleh Tuhan untuk dialami manusia, supaya manusia dapat mengakui kemahakuasaan Tuhan. Mujizat akan terjadi dalam kehidupan manusia, siapapun biasanya dalam situasi yang mendesak yaitu ketika manusia sungguh-sungguh mau mentaati dan melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Bacaan kita menjelaskan tentang mujizat yang dialami oleh Simon, yaitu menangkap ikan yang banyak sekali. Simon tidak pernah be rpikir bahwa ia akan menangkap ikan; apalagi dalam jumlah sangat banyak. Sebab sudah semalaman ia menjala tetapi tidak mendapat seekor pun. Simon hanya melakukan apa yang Yesus perintahkan. Oleh karena Yesus memerintahkan Simon untuk melemparkan jalanya ke air maka Simon melakukannya. Maka mujizat pun terjadi. Simon berhasil menangkap sangat banyak ikan. Mereka tidak kuat menarik jalanya, dan perahunyapun tidak cukup untuk menampungnya, sehingga mereka memanggil teman di perahu lain untuk datang menolong. Akhirnya mereka mengisi kedua perahu itu dengan ikan-ikan yang ditangkap sampai penuh, sehingga perahu hampir tenggelam. Artinya jelas, bahwa kalau seseorang mengalami mujizat dari Tuhan maka hasilnya bukan untuk dinikmati sendiri, tetapi juga harus dibagikan kepada orang lain.
Banyak mujizat yang Tuhan lakukan dalam perahu hidup kita, tetapi kita tidak menyadarinya. Kita telah dipolakan sedemikian rupa sehingga memahami mujizat terbatas pada yang terjadi dalam Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) dan dilakukan oleh tokoh tertentu. Akibatnya tanpa kita sadari bahwa kita lebih mengagungkan tokoh tersebut daripada Tuhan.
Yakinlah bahwa dalam kondisi yang sangat mendesak, Tuhan akan melakukan mujizat dalam kehidupan kita, jika kita sungguh-sungguh mau melakukan apa yang Tuhan perintahkan.
Salam sejahtera di dalam Tuhan kita "Yesus Kristus"
Tuhan membuat mujizat agar manusia mengenal dan menyembah-Nya serta menyadari keterbatasannya. Itulah yang terjadi dangan Simon. Ketika Simon melihat banyaknya ikan yang ditangkap, maka ia pun tersungkur di depan kaki Yesus. Simon sujud dan menyembah Yesus.
Dua makna yang tampak di balik sikap tersungkurnya Simon di hadapan Yesus adalah :
Simon mengucap syukur karena ternyata pekerjaannya tidak sia-sia. Ia berhasil menangkap ikan dalam jumlah sangat banyak, sehingga bisa dibagikan kepada yang lain.
Simon merasa bersalah dan berdosa karena walnya ia lebih mengandalkan pikiran, pengetahuan dan kekuatannya, sehingga meragukan apa yang Tuhan perintahkan. Simon sadar bahwa dirinya berdosa sehingga ia merasa tidak layak dijumpai oleh Tuhan. Karena itu, ia memohon agar Tuhan pergi daripadanya.
Tuhan melakukan dan menyatakan mujizat dalam kehidupan kita agar kita selalu menyadari kelemahan dan keterbatasan kita. Sebab kita adalah manusia berdosa; penuh dengan kelemahan dan keterbatasan. Semua yang kita lakukan akan gagal. Tetapi karena Tuhan berkenan mendatangi kita dan menyatakan mujizat-Nya kepada kita maka kita berhasil dalam pekerjaan. Keberhasilan itu membuat kita harus mengakui kemahakuasaan Tuhan, mengenal-Nya dengan benar dan menyembah serta melakukan perintah-perintah-Nya.
Tantangan kesulitan bisa menggagalkan setiap rancang bangun yang kita lakukan. Karena itu, dalam setiap rancang bangun masa depan, biarlah kita sadari kelemahan dan keterbatasan kita, serta hanya mengakui kemahakuasaan Tuhan. Jika kita merancang bangun masa depan dan mau melakukan sesuai perintah Tuhan maka mujizat akan terjadi dan semua rancang bangun kita akan berhasil. Itu berarti, tantangan dan kesulitan yang kita hadapi tidak akan mampu menggagalkan setiap rancang bangun yang kita lakukan sesuai perintah Tuhan.
Salam sejahtera di dalam Tuhan kita "Yesus Kristus"